Interpersonal Perception

Persepsi tiap individu pada suatu stimulus yang sama bisa berbeda karena pengaruh biologis seperti rasa gerah dan lapar dan pengaruh sosiofisiologis seperti suasana kelas yang menyenangkan. Misalnya, dua orang anak melihat sebuah gambar persegi, si A mempresepsi bahwa itu adalah gambar segi empat tapi si B yang sedang merasa lapar berkata bahwa itu adalah kotak kue yang berisi makanan enak. Persepsi dari si B dipengaruhi oleh pengaruh biologisnya yaitu rasa lapar. 

Pada liburan tahun lalu saya diajak teman-teman SMP untuk menjelajahi pulau Sempu dan ke Segara Anakan. Saya menyetujui karena mempersepsi akan menyenangkan jika bisa menjelajahi pulau Sempu bersama teman-teman baik saya sejak SMP meskipun medan di pulau Sempu cukup berat karena masih hutan dan terjal. Tapi saya tidak akan mau jika disuruh menjelajahi pulau Sempu sendirian karena mempersepsi akan menyeramkan dan berbahaya jika sendirian. Inilah yang dinamakan persepsi sosial. Yaitu persepsi kita pada kondisi secara umum. Kondisi sosial atau umum yang menyenangkan akan membuat persepsi kita menjadi baik pada suatu stimulus dan kondisi umum yang tidak kita sukai akan kita hindari atau tolak.



Cara mempersepsi interpersonal juga dipengaruhi kebutuhan setiap individu, kondisi fisik dan emosional sehingga cara mempersepsi pada diri individu akan selalu berubah sesuai kondisi individu tersebut. Hal ini berbeda dengan objek yang dipersepsi karena sifat objek adalah konstan, tidak bereaksi dan tampak. Karena pada diri manusia ada emosi dan kebutuhan, maka cara bertindak dan mempersepsi akan selalu berubah.

Seperti saat berlibur ke pulau Sempu bersama teman-teman, saya sangat senang karena memang saat itu sedang dalam masa liburan  dan saya merasa butuh untuk bersenang-senang, kondisi fisik juga sedang sehat sehingga memungkinkan untuk menyusuri terjalnya pulau Sempu. Sedangkan objek yang saya persepsi adalah pulau Sempu yang terkenal indah dan masih sangat alami sehingga bisa dilihat ketika kami di sana.

Meski pulau Sempu terkenal alamnya yang masih liar dan sangat alami, tidak menyurutkan niat saya untuk menyusurinya karena saya pergi bersama sahaat-sahabat terbaik saya. Kami telah memiliki kedekatan personal satu dengan yang lain sehingga kami bisa memprediksi meski medan yang kami lalui berat, tapi kami pasti bisa melaluinya dengan seru dan menyenangkan.

Sempu. Kenangan yang tidak terlupakan. Sangat alami, indah dan seru untuk dijelajahi :D

Lingkungan Psikososial dan Stimuli yang Mendorong Perilaku

Lingkungan psikososial adalah presepsi kita tentang bagaimana lingkungan memperlakukan kita. Ada yang memuaskan ataupun mengecewakan kita dan hal-hal tersebut mempengaruhi perilaku kita dalam lingkungan. Lingkungan yang dimaksud bisa berupa situasi orang-orang di sekitar kita, tingkat keakraban kita dengan lingkungan dan iklim yang memengaruhi hubungan satu dengan yang lain. Pola kebudayaan yang dominan, ideologi dan nilai serta persepsi masyarakat akan mempengaruhi perilaku sosial tersebut. Tapi kadang kebudayaan yang dominan ini juga bisa berkompromi ketika ingin mencapai tujuan yang sama.
Contohnya, seorang anak yang dibesarkan dalam keluarga Batak akan terbiasa berbicara dalam logat yang keras. Cara berperilaku anak tersebut akan berbeda dengan seorang anak yang dibesarkan dalam keluarga Jawa yang selalu mengajarkan seorang anak untuk bertutur kata dengan lemah lembut. Tapi ketika mereka sekolah di tempat yang sama dan diharuskan belajar bersama, anak dari keluarga Batak akan belajar menurunkan volume suaranya dan anak dari keluarga Jawa akan memaklumi dan tidak tersinggung ketika temannya yang dari keluarga Batak berbicara dengan keras.
Kadang pengalaman lingkungan dari kondisi psikososial juga akan memengaruhi perilaku seseorang di masa selanjutnya. Misalnya seorang anak dihukum karena melanggar tata norma yang dominan di suatu daerah, dia akan selalu mengingat supaya tidak melakukan kesalahan itu lagi.
Perilaku seseorang juga tergantung situasi dan kondisi di mana dia sedang berada. Perilaku seseorang ketika berada di acara pernikahan akan berbeda dengan ketika dia berada di acara pemakaman. Reaksi anusia akan berbeda-beda pada setiap situasi yang dihadapi tegantung karakteristik personal yang dimilikinya. Misalnya, terjadi kebakaran di suatu gedung. Si A cenderung berperilaku panik dan menangis-nangis. Tapi si B segera mengambil tindakan untuk lari dan menyelamatkan orang-orang di sekelilingnya dan barang-barang yang dirasa perlu untuk diselamatkan. Perilaku ini juga merupakan hasil interaksi yang menarik antara keunikan individu dengan keumuman situasional.

Source: (Rakhmat, Jalaluddin. (2007). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya)

Faktor Biologis Mempengaruhi Psikologis Manusia

Setiap manusia memiliki faktor biologis yang membedakannya dengan manusia lain dan merupakan bawaan sejak lahir. Faktor biologis ini umumnya juga dipengaruhi kebutuhan pada dirinya. Dulu orang menyebut faktor ini sebagai "instink", tapi Desiderato, Howieson, dan Jakcon menamainya sebagai species-characteristic behaviour. Contohnya adalah merawat anak, bercumbu dan perilaku agresif untuk menarik lawan jenis (Rakhmat,2007). 
Manusia pasti memiliki kebutuhan dan keinginan untuk memenuhinya. Contohnya, seorang anak merasa lapar, tapi dipaksakan untuk belajar. Bisa saja keinginan memenuhi kebutuhan rasa laparnya itu mempengaruhi proses dia berpikir, belajar dan berkata-kata. Ketika belajar tentang rambu-rambu lalu lintas misalnya, bisa saja dia justru melihat gambar pada rambu-rambu itu sebagai makanan yang lezat. Atau ketika ditanya "Bagaimana kabar ibumu?" pada seorang anak yang sedang lapar, dia mungkin akan mejawab "Nasi goreng enak ya".


Tapi faktor biologis ini hanyalah salah satu faktor yang mempengaruhi psikologis manusia. Masih banyak faktor lainnya yang mempengaruhi seperti faktor sosiopsikologis, ekologis, temporal dan lain-lain. Sehingga terkadang manusia harus dapat menggunakan akal sehatnya untuk mengendalikan keinginannya memenuhi kebutuhan biologis karena kalau tidak demikian, manusia akan sama seperti hewan yang hanya ingin memenuhi hasrat biologisnya tanpa memikirkan hal lainnya.

Source: (Rakhmat, Jalaluddin. (2007). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya)

Human Personality (human as communicator)

Manusia, sekalipun kembar identik pasti mempunyai kepribadian dan cara berperilaku yang berbeda.


Hal ini dapat dihubungkan dengan 4 pendekatan yang mempelajari manusia sebagai komunikator sebagai berikut.
1. Psychoanalysis.
Tokoh besar dari pendekatan ini adalah Sigmund Freud.

Naisaban(2004) mengemukakan teori psikoanalisis Freud merupakan sistem dinamis psikologi yang mencari akar tingkah laku manusia dalam motivasi dan konflik yang disadari maupun tak disadari. Freud menggambarkan jiwa manusia sebagai sebuah gunung es dengan tiga tingkatan susunan. 
Yang paling atas mengerucut dan merupakan bagian paling kecil disebut counsciousnes (tahap sadar).  Tahap ini adalah segala sesuatu yang kita sadari dalam hidup saat ini dan merupakaan sebagian kecil dari mental kehidupan seperti perasaan, presepsi dan ingatan. Ingatan-ingatan yang masuk dalam tahap sadar atau consciousness ini akan mengalami proses pengendapan di praconscious (tahap prasadar) atau akan tenggelam dalam unconscious (tahap tak sadar). Contohnya, seorang anak diminta gurunya menyanyi di depan kelas dan dia menyanyi dengan malu-malu tapi seluruh isi kelas bertepuk tangan saat dia selesai menyanyi karena suaranya memang merdu. Saat menyanyi, anak tersebut berada pada dalam tahap consciousness. Kemudia ketika waktu berjalan, pengalaman dan perasaan senang ketika menyanyi itu akan masuk ke dalam tahap praconscious yang sering dianggap sebagai "persedian ingatan yang siap dianggil ke tingkat sadar" tapi bisa juga masuk  tahap unconscious. Meskipun tahapan unconscious merupakan tahap tak sadar, Freud menegaskan bahwa tahap ini mengendalikan kehidupan sadar manusia. Yaitu dorongan manusiawi atau jiwa yang memberi dorongan-dorongan dan mendesak ke tingkat kesadaran manusia.

Selain itu, Freud menggolongkan struktur kehidupan mental menjadi Id(das Es), ego(Das Ich) dan Superego (Das Ueber Ich).
·   ID adalah sistem kepribadian yang paling dasar dan berisi naluri bawaan. Fungsi dari ID adalah penyedia dan penyalur energi bagi manusia.Proses ID dibagi menjadi dua yaitu tindakan refleks seperti seseorang yang batuk-batuk ketika menghirup asap knalpot di jalan raya. Yang kedua adalah proses primer yaitu tindakan yang melibatkan beberapa reaksi psiklogis dan tidak terjadi langsung seperti tindakan refleks.
·   Ego adalah sistem kepribadian yang menjadi pengrah individu bertindak. Contoh sederhananya, setelah lari, kita merasa haus dan ego kita mengarahkan kita pada air mineral.
·     Superego adalah sistem kepribadian yang berisi nilai dan norma yang tertanam dalam diri seseorang. Superego menjadi hakim dalam diri manusia yang mempertimbangkan baik atau buruknya tindakan yang kita lakukan, apakah tindakan itu sesuai norma yang berlaku di masyarakat atau tidak. Misalnya, seorang anak yang akan mencontek saat ujian, akan ada superego dalam dirinya atau bahasa sederhananya yaitu hati nurani yang mengingatkannya bahwa ada aturan yang mengatakan mencontek itu tidak baik.

2. Behaviourism

Tokoh utama dari teori ini adalah Thorndike, Watson, Pavlov, Skinner, dan Clark Hull. Thorndik mengungkapkan bahwa belajar adalah proses interaksi stimulus dan respon yang membentuk perilaku manusia. Sedangkan Watson mengungkapkan bahwa stimulus dan respon tersebut harus berbentuk perilaku yang bisa diamati. Teori perilaku ini lebih memilih tidak memikirkan hal-hal yang tidak bisa diukur meskipun mereka tetap mengakui bahwa hal itu penting. Sehingga seseorang bisa dirubah perilakunya sesuai yang kita inginkan melalui proses pembelajaran. Contohnya, disekolah murid diajarkan untuk  menghormati orang yang lebih tua dan dibiasakan memberi salam pada guru atau orang yang lebih tua sehingga terbiasa dalam kehidupan sehari-hari.
3. Cognitive
Dalam teori ini, pemikiran manusia tentang segala sesuatu yang bisa dibuktikan adalah yang terpenting. Teori ini juga memandang segala sesuatu dari sisi yang umum atau keseluruhan bukan sebagian saja. Tapi kadang manusia juga mengalami kebimbangan saat akan mengabil keputusan atau "cognitive disonance". Contohnya adalah kebimbangan yang terjadi pada calon mahasiswa yang harus memilih universitas dan jurusan yang tepat untuk dia melanjutkan pendidikannya.
4. Humanism
Manusia mempunyai kecenderungan untuk menjadi lebih baik ketika melalui proses pencarian jati diri. Karena sebenarnya manusia punya hati nurani atau "sisi baik" dalam dirinya. Menjadi baik atau tidaknya seseorang ditentukan bagaimana dia melalui proses pencarian jati dirinya dan pilihan dirinya menentukan yang baik bagi dirinya. Seseorang kadang memang tidak menjadi yang terbaik tapi menjadi dirinya yang seutuhnya yang kadang mempunyai sisi buruk seperti manusia lainnya karena tidak ada satu manusia pun yang sempurna. Pembentukan jati diri manusia juga ditentukan oleh lingkungannya dan terkadang manusia mencari eksistensi diri dalam masyarakat supaya bisa berfungsi sebagai "manusia" di lingkungannya. Contohnya, seorang anak ikut berbagai kegiatan ekstrakulikuler di sekolahnya supaya bisa dikenal banyak orang dan menunjukkan eksistensi dirinya.

Sekian cerita tentang empat pendekatan manusia sebagai komunikator yang memiliki kepribadian berbeda-beda. Cerita selanjutnya akan terus diupdate setiap minggunya sesuai materi yang Penulis pelajari di bangku kuliah.. Keep Fighting!! :D


Daftar pustaka
Naisaban, Ladislaus. 2004. Para Psikolog Terkemuka Dunia. Jakarta: Grasindo

Friendship Till End

Ini adalah kisah persahabatan nyata yang terbangun sejak kami duduk di bangku SMP. Kisah tentang bagaimana saling berbagi dalam suka duka dan tetap bersama walau terpisah jarak bermil-mil jauhnya. Malang-Surabaya-Semarang-Jakarta-Singapura. Kamilah sekumpulan remaja yang berkumpul  untuk berbagi kisah kehidupan kampus kami masing-masing.



Terpisah di berbagai unversitas di kota yang berbeda membuat kami dapat berbagi kisah kehidupan kampus kami saat berkumpul kembali. Kami juga masih mengingat dengan baik satu per satu watak dan sifat sahabat kami. Misalnya, kalau nama Natasya disebutkan, kami akan mengingat sosok natasya yang tinggi besar tapi dengan sifat yang baik hati, sabar dan lucu tapi suka ngemil. Kalau nama Adit yang disebut kami akan mengingat sosok yang dulunya kami sebut 'kuntet' meskipun sekarang sudah tinggi dan sedang berjuang untuk menyelesaikan pendidikannya di SMA Singapur.

Hal ini merupakan salah satu perwujudan dari hasil komunikasi kami yang efektif dan baik selama bertahun-tahun. Kami saling memahami satu sama lain dan mengetahui bagaimana harus bertindak pada masing-masing individu karena memahami sifat dan karakternya masing-masing. Karena seperti yang sudah kita ketahui bahwa dalam diri setiap individu ada kepribadian/keadaan yang dibawa dan melekat pada diri orang itu sejak lahir. Selain itu, cara bertindak orang akan berbeda-beda pada setiap individu karena setiap orang dapat memprediksi  bagaimana respon yang akan didapat dari masing-masing lawan bicara. Perbedaan cara bertindak ini dipengaruhi oleh memori/ingatan dan pengalaman masing-masing individu. Misalnya, kami mengenal sosok Ian sebagai orang yang lucu, kreatif dan selalu ceria meski terkadang ide-idenya sedikit gila. Jadi terkadang kami bisa bercanda secara 'gila' pada Ian karena tau dia tidak akan menanggapinya dengan serius.

Sesuai dengan teori Tubbs and Moss bahwa komunikasi yang efektif akan menghasilkan pemahaman, kebahagiaan, pengaruh pada kepribadian, perubahan cara bertindak dan pembinaan hubungan sosial, kami sebagai sekumpulan sahabat yang baik juga mengalami semua itu :D

Kami saling berbagi cerita bagaimana kehidupan di kota yang bebeda dan bagaimana budaya yang ada di sana. Hal-hal sederhana itu yang memperkaya pengetahuan kami tentang dunia yang tidak pernah kami ketahui. Lelucon-lelucon baru juga kami bawa dari berbagai pengetahuan selama kami kuliah di tempat yang berbeda sehingga kami bisa tertawa bersama. Selain itu, kami juga terus mebina hubungan yang baik satu dengan yang lain, saling bertoleransi dan berbagi pengalaman sehingga persahabatan yang telah kami jalani dapat tetap berjalan dan semakin mengenal karakter satu sama lain. Demikianlah komunikasi yang baik dapat tetap bejalan meski kami terpisahkan jarak yang jauh.