Hal ini dapat dihubungkan dengan 4 pendekatan yang mempelajari manusia sebagai komunikator sebagai berikut.
1. Psychoanalysis.
Tokoh besar dari pendekatan ini adalah Sigmund Freud.
Naisaban(2004)
mengemukakan teori psikoanalisis Freud merupakan sistem dinamis psikologi yang
mencari akar tingkah laku manusia dalam motivasi dan konflik yang disadari
maupun tak disadari. Freud menggambarkan jiwa manusia sebagai sebuah gunung es
dengan tiga tingkatan susunan.
Yang paling atas mengerucut dan merupakan bagian
paling kecil disebut counsciousnes (tahap sadar). Tahap ini adalah segala sesuatu yang kita
sadari dalam hidup saat ini dan merupakaan sebagian kecil dari mental kehidupan
seperti perasaan, presepsi dan ingatan. Ingatan-ingatan yang masuk dalam tahap
sadar atau consciousness ini akan mengalami proses pengendapan di praconscious (tahap
prasadar) atau akan tenggelam dalam unconscious (tahap tak sadar). Contohnya,
seorang anak diminta gurunya menyanyi di depan kelas dan dia menyanyi dengan
malu-malu tapi seluruh isi kelas bertepuk tangan saat dia selesai menyanyi
karena suaranya memang merdu. Saat menyanyi, anak tersebut berada pada dalam
tahap consciousness. Kemudia ketika waktu berjalan, pengalaman dan perasaan
senang ketika menyanyi itu akan masuk ke dalam tahap praconscious yang sering
dianggap sebagai "persedian ingatan yang siap dianggil ke tingkat
sadar" tapi bisa juga masuk tahap
unconscious. Meskipun tahapan unconscious merupakan tahap tak sadar, Freud menegaskan
bahwa tahap ini mengendalikan kehidupan sadar manusia. Yaitu dorongan manusiawi
atau jiwa yang memberi dorongan-dorongan dan mendesak ke tingkat kesadaran
manusia.
Selain
itu, Freud menggolongkan struktur kehidupan mental menjadi Id(das Es), ego(Das
Ich) dan Superego (Das Ueber Ich).
· ID
adalah sistem kepribadian yang paling dasar dan berisi naluri bawaan. Fungsi
dari ID adalah penyedia dan penyalur energi bagi manusia.Proses ID dibagi
menjadi dua yaitu tindakan refleks seperti seseorang yang batuk-batuk ketika
menghirup asap knalpot di jalan raya. Yang kedua adalah proses primer yaitu
tindakan yang melibatkan beberapa reaksi psiklogis dan tidak terjadi langsung
seperti tindakan refleks.
· Ego
adalah sistem kepribadian yang menjadi pengrah individu bertindak. Contoh
sederhananya, setelah lari, kita merasa haus dan ego kita mengarahkan kita pada
air mineral.
· Superego
adalah sistem kepribadian yang berisi nilai dan norma yang tertanam dalam diri
seseorang. Superego menjadi hakim dalam diri manusia yang mempertimbangkan baik
atau buruknya tindakan yang kita lakukan, apakah tindakan itu sesuai norma yang
berlaku di masyarakat atau tidak. Misalnya, seorang anak yang akan
mencontek saat ujian, akan ada superego dalam dirinya atau bahasa sederhananya
yaitu hati nurani yang mengingatkannya bahwa ada aturan yang mengatakan
mencontek itu tidak baik.
2.
Behaviourism
Tokoh
utama dari teori ini adalah Thorndike, Watson, Pavlov, Skinner, dan Clark Hull.
Thorndik mengungkapkan bahwa belajar adalah proses interaksi stimulus dan
respon yang membentuk perilaku manusia. Sedangkan Watson mengungkapkan bahwa
stimulus dan respon tersebut harus berbentuk perilaku yang bisa diamati. Teori
perilaku ini lebih memilih tidak memikirkan hal-hal yang tidak bisa diukur
meskipun mereka tetap mengakui bahwa hal itu penting. Sehingga seseorang bisa
dirubah perilakunya sesuai yang kita inginkan melalui proses pembelajaran.
Contohnya, disekolah murid diajarkan untuk
menghormati orang yang lebih tua dan dibiasakan memberi salam pada guru
atau orang yang lebih tua sehingga terbiasa dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Cognitive
Dalam
teori ini, pemikiran manusia tentang segala sesuatu yang bisa dibuktikan adalah
yang terpenting. Teori ini juga memandang segala sesuatu dari sisi yang umum
atau keseluruhan bukan sebagian saja. Tapi kadang manusia juga mengalami
kebimbangan saat akan mengabil keputusan atau "cognitive disonance".
Contohnya adalah kebimbangan yang terjadi pada calon mahasiswa yang harus
memilih universitas dan jurusan yang tepat untuk dia melanjutkan pendidikannya.
4.
Humanism
Manusia
mempunyai kecenderungan untuk menjadi lebih baik ketika melalui proses
pencarian jati diri. Karena sebenarnya manusia punya hati nurani atau
"sisi baik" dalam dirinya. Menjadi baik atau tidaknya seseorang
ditentukan bagaimana dia melalui proses pencarian jati dirinya dan pilihan
dirinya menentukan yang baik bagi dirinya. Seseorang kadang memang tidak
menjadi yang terbaik tapi menjadi dirinya yang seutuhnya yang kadang mempunyai
sisi buruk seperti manusia lainnya karena tidak ada satu manusia pun yang
sempurna. Pembentukan jati diri manusia juga ditentukan oleh lingkungannya dan
terkadang manusia mencari eksistensi diri dalam masyarakat supaya bisa berfungsi
sebagai "manusia" di lingkungannya. Contohnya, seorang anak ikut
berbagai kegiatan ekstrakulikuler di sekolahnya supaya bisa dikenal banyak
orang dan menunjukkan eksistensi dirinya.
Sekian
cerita tentang empat pendekatan manusia sebagai komunikator yang memiliki
kepribadian berbeda-beda. Cerita selanjutnya akan terus diupdate setiap
minggunya sesuai materi yang Penulis pelajari di bangku kuliah.. Keep
Fighting!! :D
Daftar
pustaka
Naisaban, Ladislaus. 2004. Para Psikolog Terkemuka Dunia. Jakarta: Grasindo
No comments:
Post a Comment