University time

Kali ini saya akan melanjutkan cerita saya tentang kelompok primer. Yang akan saya ceritakan adalah lawan dari kelompok primer yaitu kelompok sekuder. Kelompok sekunder menurut Jalaluddin Rakhmat adalah lawan dari kelompok primer yang hubungannya tidak akrab, tidak personal dan tidak menyentuh hati.

Mengingat masa-masa saya pertama kali menginjakkan kaki di FISIP Universitas Brawijaya tercinta, sangat canggung rasanya masuk di universitas negri karena sebelumnya saya selalu bersekolah di swasta yang mayoritas muridnya berasal dari kultur cina. Bukannya rasis, saya hanya merasa aneh masuk di universitas yang isinya sangat beragam orang dan sangat multikultur. So weird.. Cara berkomunikasi yang berbeda, bahasa yang beragam, cara bertingkah laku dan bercanda yang jauh berbeda dengan saya dan teman-teman saya sebelumnya membuat saya sempat merasa risih berada di negeri dan setelah saya tanyakan hal ini pada teman-teman saya dari swasta yang masuk negeri, mereka merasakan hal yang sama dengan yang saya alami. Jadi, yang bisa saya lakukan hanya pasrah dan mencoba terbiasa karena secara sadar saya yang telah memutuskan masuk universitas negeri dan menjadi anggota kelompok sekunder di dalamnya. Hasil dari kepasrahan saya itu, sekarang saya dapat diterima dalam kelas B.IK, saya punya tiga sahabat baik dan saya masih berdiri pada kultur saya sendiri serta semakin menerima perbedaan dalam hidup saya. Nah, sekarang mari kita hubungkan dengan teori kelompok sekunder yang telah sedikit saya pelajari di kelas :D
Seperti kelompok sekunder pada umumnya, tidak ada kualitas komunikasi yang mendalam antara anggota keluarga besar FISIP UB karena jumlah mahasiswa dan staff FISIP UB yang besar sehingga untuk sekedar mengenal semuanya saja sangat sulit apalagi membuat kualitas komunikasi yang mendalam. Memang tidak ada yang mustahil, tapi hal itu akan sulit dilakukan. Yang kedua adalah tidak terjadinya komunikasi personal. Seperti yang sudah saya jelaskan, akan sulit terjadi komunikasi personal pada semua karyawan dan mahasiswa mengingat jumlahnya yang sangat besar. Dan yang terakhir, komunikasi tidak menekankan pada aspek isi. Kalaupun bisa terjadi komunikasi antara semua orang yang ada di FISIP UB, saya yakin jenis komunikasinya hanya sekedar lalu atau berjenis perbincangan ringan seperti saling menyapa ketika bertemu. Tidak ada pemahaman mendalam tentang masing-masing karakter individu.

No comments:

Post a Comment